Minggu, 30 April 2017

PTK Olahraga SMA

PTK Olahraga SMA 

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
 

 Contoh proposal PTK Penelitian Tindakan Kelas PAUD, TK/RA, SD/MI, SMP, SMU/SMA/SMK sederajat, Semua materi pelajaran, PendidikanAgama,Pendidikan Kewarganegaraan,Bahasa Indonesia,Bahasa Inggris, Matematika, Fisika ,Kimia, Biologi, Sejarah, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Muatan Lokal

Contoh PTK Penjaskes Untuk SD

Contoh PTK Penjaskes Untuk SD

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
 
 

 

Sudah lama saya tidak menulis tentang PTK maklum saja sekarang juga sibuk memikirkan PTK. Kalau biasanya saya berbagi tentang contoh PTK SMP maka kali ini saya mencoba untuk berbagi contoh PTK SD. Contoh PTK SD yang akan saya bagikan ini adalah untuk mata pelajaran Penjaskes.
Berdasarkan informasi bahwa kurikulum SD akan ada perubahan terutama nantinya akan ada penghapusan beberapa mata pelajaran yang dianggap bisa memberatkan siswa SD namun itu tidak akan berlaku bagi mata pelajaran Penjaskes.
Nah, daripada panjang lebar karena saya juga sibuk dengan PTK maka saya berikan saja link unduh untuk Contoh PTK Penjaskes SD. Sekali lagi ini hanya sebagai contoh ya!
Bagi yang merasa penting dan perlu dengan PTK Penjaskes SD ini silakan unduh link dibawah ini

PTK Penjaskes untuk Kenaikan Pangkat SD Terbaru Kelas 4

PTK Penjaskes untuk Kenaikan Pangkat SD Terbaru Kelas 4 

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
 
 

 

Contoh PTK Kenaikan Pangkat - PTK Penjaskes untuk Kenaikan Pangkat SD Terbaru Kelas 4 Teknik Dasar Pasing Atas - Berikut ini contoh laporan PTK lengkap untuk kenaikan pangkat Guru SD Kelas 5 dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Kenampakan Buatan di Indonesia melalui Penggunaan Pendekatan Pembelajaran VCT di Kelas V SD.
ABSTRAK
Rinoto. UPAYA PENINGKATAN TEKNIK DASAR PASING ATAS BOLA VOLI MINI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS IV SD NEGERI … KECAMATAN … KABUPATEN …. PTK, …. Tahun …..
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan teknik dasar pasing atas bola voli mini melalui bantuan tutor sebaya siswa kelas IV SDN .... Kecamatan .... Kabupaten .....
Penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 26 siswa. Data penelitian ini adalah data primer meliputi data hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan guru selama pembelajaran, dan data penggunaan bantuan tutor sebaya selama pembelajaran.

PTK Penjaskes untuk Kenaikan Pangkat SD Terbaru Kelas 4 Teknik Dasar Pasing Atas

Data sekunder meliputi data hasil belajar pasing atas siswa, pratindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, dan kurikulum yang diperoleh dari dokumen yang dimiliki guru dan sekolah. Data dikumpulkan melalui tes praktik, pengamatan, studi simak, dan penggunaan kartu ceria. Untuk menguji validitas data dilakukan dengan triangulasi.
Dari hasil analisa data diketahui bahwa, hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan adalah 11 siswa (42%) tuntas belajar dan 15 siswa (58%) belum tuntas belajar. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 73% yaitu 19 siswa telah tuntas belajar dan 7 siswa (27%) belum tuntas belajar. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 88% yaitu 23 siswa telah tuntas belajar dan 3 siswa (12%) belum tuntas belajar.
Kesimpulan penelitian ini adalah melalui bantuan tutor sebaya dalam pembelajaran pasing atas pada siswa kelas IV SD Negeri .... dapat meningkatkan teknik dasar siswa.

PTK Penjas Atletik Lompat Jauh SD BAB I

PTK Penjas Atletik Lompat Jauh SD BAB I

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI

 

A.    Latar Belakang Masalah


Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan. Pendidikan jasmani merupakan alat untuk mencapai pendidikan jasmani dan olah raga di sekolah sebelum mendapatkan format yang tepat, karena selalu menyesuaikan perubahan kurikulum. Pada kurikulum KBK (Kurikulum Bebasis Kompetensi) diharapkan dapat menggali potensi yang ada untuk dikembangkan, belum bisa dilihat hasilnya dari kurikulum KBK. Ada bentuk kurikulum baru yang disebut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang sekarang sedang dilaksanakan.

Proses pembelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan di sekolah dasar mengutamakan kesehatan mental dan kesegaran jasmani, untuk mencari calon atlet harus benar-benar sesuai dengan cabangnya.

Keadaan siswa SD Negeri .... pada dasarnya senang terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan olah raga, terutama pada cabang permainan. Pada cabang atletik, anak kurang menyenangi dengan alasan tidak menyenangkan. Karena pembelajaran atletik di SD Negeri .... kurang mendapat tanggapan yang positif dari para siswa, maka prestasi pada cabang atletik khusus pada nomor lompat jauh belum bisa optimal. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor penyebab yaitu: (1) Terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani, (2) Terbatasnya alat bantu dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani di SD akan berakibat pada proses pembelajaran yang kurang berhasil. Karena guru kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara profesional, dan kurang berhasil dalam mengajar dan mendidik siswa secara sistematik. Karena dalam pembelajaran pendidikan jasmani diberikan gerakan yang sistematik untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun intelektual.

Gaya yang dipakai guru dalam mengajar praktek pendidikan jasmani juga monoton, yaitu hanya menggunakan satu gaya mengajar. Sehingga situasi pembelajaran yang dirasakan oleh siswa terasa membosankan. Dan juga metode praktik ditekankan pada latihan-latihan berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut tidak dilakukan sesuai inisiatif dari siswa itu sendiri. Dalam hal ini guru cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang mengarah pada prestasi. Sehingga dalam prosesnya berbeda dari pembelajaran penjas itu sendiri, yaitu tujuan utama bukan proses dalam peraturan, ukuran lapangan, maupun alat. Proses pembelajaran seperti ini akan membuat siswa kurang senang untuk melaksanakannya, bahkan merasa bosan dan yang lebih fatal siswa merasa frustasi untuk melaksanakan tugas dari guru.

Pembelajaran di SD Negeri .... siswa kelas V tersebut mengalami kesulitan dalam melakukan tehnik lompat jauh gaya jongkok. Sebagian besar siswa baru menguasai cara melompat. Mereka belum mampu melakukan gerakan secara keseluruhan terbukti dari hasil evaluasi, dari siswa kelas V yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan, baru 5 siswa (33,3%) yang dapat melakukan teknik lompat jauh gaya jongkok dan sisanya masih 10 siswa (66,7%) yang masih belum menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok.

Dengan keadaan seperti ini tentu dibutuhkan penggunaan alat bantu pembelajaran sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajaran pendidikan jasmani. Guru harus mempunyai kemampuan untuk memodifikasi keterampilan yang hendak diajarkan dengan harapan sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa. Dalam hal ini guru harus kreatif, inovatif dalam menciptakan proses pembelajaran bagi siswa. Sehingga akan tercipta pembelajaran yang aktif bagi siswa dan menyenangkan tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran itu sendiri.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat digunakan dalam hal ini adalah pendekatan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu berupa bok kardus dan gawang aman, yaitu suatu pendekatan pembelajaran untuk membantu siswa untuk mempelajari keterampilan dasar dalam mempelajari teknik dasar lompat jauh.

Model pembelajaran dengan pendekatan alat bantu dirancang dengan teliti agar bisa mengembangkan belajar siswa dan dilakukan dengan baik dan dapat dipelajari langkah demi langkah. Alat bantu berupa bok kardus dan gawang aman dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan membuat siswa lebih mudah menerima materi ajar, dan dapat mengubah suasana menjadi lebih rileks dan menyenangkan bahkan siswa saling berlomba memakai dan melewati alat bantu tersebut. Hal ini akan membantu meningkatkan motivasi siswa terhadap materi lompat jauh gaya jongkok.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian adalah “Bagaimanakah penggunaan alat bantu dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri .... Tahun Pelajaran 2015/2016?

C.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan alat bantu pada siswa kelas V SD Negeri .... Tahun Ajaran 2015/2016.

D.    Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.    Bagi Guru
a.    Meningkatkan kreatifitas guru dalam membuat dan mengembangkan alat bantu pembelajaran.
b.    Bahan masukan bagi guru dalam memilih alternatif pembelajaran.
c.    Meningkatkan kualitas guru secara profesional dalam pengembangan alat bantu.

2.    Bagi Siswa
a.    Motivasi siswa untuk aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran Penjaskes, sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
b.    Meningkatkan minat dan kemampuan lompat jauh gaya jongkok serta mendukung prestasi.
3.    Bagi Sekolah
a.    Sebagai pedoman dan pengetahuan pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
b.    Sebagai data inventaris siswa yang berprestasi dalam cabang atletik.

Senin, 03 April 2017

PTK Upaya Meningkatkan Penguasaan Gerak Dasar Lompat Dan Loncat

PTK Upaya Meningkatkan Penguasaan Gerak Dasar Lompat Dan Loncat

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu pelajaran yang ada di dalam kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada aktivitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani, namun tetap berorientasi pada pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan akan tetapi alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan jasmani membentuk manusia seutuhnya, baik lahir maupun batin. Segi lahir atau jasmani meliputi pertumbuhan dan perkembangan fisik, kesehatan dan rehabilitasi. Pertumbuhan dan perkembangan fisik akan lebih cepat melalui perkembangan jasmani. Dari segi kesehatan pendidikan jasmani membentuk siswa agar mempunyai gaya hidup berolahraga, sehinga menjadi perilaku hidup sehat, sedangkan rehabilitasi, dalam hal ini maksudnya perbaikan sikap tubuh, misalnya sikap jalan yang kurang baik, sikap duduk yang salah dan sebagainya, hal ini dapat dibenahi sebelum menjadi sikap yang permanen. Segi batin atau rohani yang dapat dibentuk melalui Pendidikan Jasmani meliputi kejujuran, disiplin, percaya diri, kerjasama dan menghilangkan egoisme.
Pendidikan jasmani di sekolah meliputi pembelajaran permainan, atletik, senam, aktivitas luar sekolah dan budaya hidup sehat. Pembelajaran yang ada unsur permainan seperti permainan bola besar maupun bola kecil, siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikutinya, hal ini merupakan modal utama yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan antusias atau rasa senang tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Keadaan sebaliknya apabila siswa kurang suka dalam mengikuti pembelajaran maka tujuan pembelajaran akan sulit tercapai, karena ketidaksukaan ini menyebabkan siswa menjadi malas dalam beraktivitas.
Cabang atletik merupakan salah satu materi pembelajaran yang kurang disukai siswa, padahal atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang terdiri dari nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan aspek lainnya.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa pembelajaran atletik di Sekolah Dasar adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dan pada dasarnya beratletik sudah tercermin pada kehidupan kita sehari-hari, mengingat jalan, lari, lompat dan lempar merupakan aktivitas yang kita lakukan setiap hari.
Karena pentingnya pembelajaran atletik, maka sudah sepantasnya guru Penjasorkes tidak menganaktirikan pembelajaran atletik, melainkan guru Penjasorkes harus kreatif agar pembelajaran dapat menyenangkan bagi siswa. Selama ini pembelajaran yang paling diminati dan ditunggu-tunggu siswa adalah permainan, sebaliknya pembelajaran atletik siswa kurang antusias bahkan terkesan terpaksa dalam mengikuti pembelajaran. Lebih parah lagi selalu saja ada siswa yang izin tidak mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan yang seolah-olah dibuat-buat agar terhindar dari pembelajaran tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang salah satunya adalah kurang kreatifnya guru pendidikan jasmani dalam membuat media pembelajaran yang sederhana, dan kurangnya model-model pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa.
Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti sebagai guru Penjasorkes bertanya-tanya dan hal itu menjadi masalah yang belum terjawab. Mengapa pembelajaran permainan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa dibandingkan pembelajaran atletik khusunya nomor lompat dan loncat? Sejalan dengan hal tersebut, peneliti mencoba pembelajaran dengan pendekatan bermain yang diharapkan menjadi daya tarik tersendiri terhadap materi pembelajaran lompat dan loncat, sehingga siswa lebih siap dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, dengan kata lain tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan pratindakan, diketahui bahwa, minat, keaktifan, dan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa kelas V SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran .... masih sangat kurang.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan diketahui bahwa penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa hanya 31,25% atau 105 siswa dari seluruh siswa kelas V yang berjumlah 32 siswa. Kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan menurunkan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat melalui Pendekatan Bermain dan Media Bantu pada Siswa Kelas V SD Negeri .... Tahun Pelajaran ..... Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri .... dikarenakan setiap pembelajaran atletik, khususnya nomor lompat dan loncat, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang berorientasi pada teknik, hal itu menyebabkan siswa menjadi malas dan bosan dalam mengikuti pembelajaran.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat melalui pendekatan bermain dan media bantu dalam pembelajaran penjasorkes pada siswa kelas V SD Negeri .... Tahun Pelajaran .....

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat melalui pendekatan bermain dan media bantu pada siswa kelas V SD Negeri .... Tahun Pelajaran .....

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini untuk peningkatan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat melalui pendekatan bermain dan media bantu pada siswa kelas V SD Negeri .... Tahun Pelajaran ..... Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1.    Bagi Guru
Melalui penelitian ini, Guru Penjasorkes dapat menerapkan strategi dan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat.
2.    Bagi Siswa
Melalui hasil penelitian ini, siswa yang semula tidak tertarik dan bermasalah dengan pembelajaran lompat dan loncat, menjadi lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
3.    Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran dan membantu memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran Penjasorkes di sekolah.

Baca selanjutnya pada:

Demikian BAB 1 Laporan PTK Penjas Atletik Lompat Loncat Kenaikan Pangkat SD, semoga bermanfaat.







PTK UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

 PTK UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA 

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia dan turut mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknelogi (IPTEK). Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri maupaun memberdayakan potensi alam atau lingkungan untuk kepentingan kehidupannya. Usaha untuk meningkatkan diri melalui pendidikan mutlak dilakukan agar tidak ketinggalan dalam perkembangan dunia pengetahuan.
Berbagai usaha dilakukan oleh pememrintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti pembaharuan kurikulum.pendidiakn dan pembelajaran yang berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), merupakan contoh hasil perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Walaupun demikain, kita masih dihadapkan pada masalah rendahnya hasil belajar, sehingga mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.
1
Guru sebagai orang yang terlibat lansung dalam pembelajaran, sesungguhanya dapat mengupayakan banyak hal untuk meningkatkan aktivitas belajar, diantaranya dengan mengunakan metode pembelajaran yang tepat, menyenangkan, dan membangkitkan antusianisme siswa. Guru hendaknya memotivasi sisiwa dengan berbagai strategi dan pengetahuan, berpikir secara kritis untuk menyelesaikan setiap permasalahan, sehingga diharapakan kompetensi siswa juga akan lebih baik. 
Peningkatan kualitas pembelajranditandai dengan semakin meningkatnya hasil belajar yang  yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Tetapi kenyataan yang dialami oleh guru Penjaskes di SMA N 3 Pariaman, hasil belajar penjasorkes masih rendah dan sering menjadi kendala dalam menentukan keberhasilan siswa. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran penjasorkes adalah rendahnyaaktivitas siswa dalam proses pembelajaran karena tidak adanya keingin tahuan siswa terhadap olahraga yang mereka laksanakan dan tidak terlalu sering ditayangkan media. Bagi siswa olahraga yang mempunyai daya tarik bagi mereka adalah olahraga yang ringan dan tanpa batasan dari pendidik maupun bagi peraturanya.
Pengalaman penulis mengajar  penjasorkes di kelas X ketiaka proses pembelajaran berlansung diperkirakan siswa yang memperhatikan guru yang memberikan materi pembelajaran sekitar 25%, kegiatan siswa kebanyakan melirik ke kiri kanan, membuat gaduh, ngobrol dengan teman, serta menunggu guru membiarkan beraktifitas tanpa batasan dan ada juga siswa yang sama sekali tidak mau tahu tentang apa yang kita sampaikan.
Bila guru bertanya tentang materi pelajran yang baru saja diternagkan hanya sedikit sekali siswa yang mau dan mampu menjawab dengan benar, bahkansiswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyan guru juga sedikit. Jika ada siswa yang menjawab pertanyaan guru dan ternyata  jawaban tersebut kurang tepat, maka lain sering menertawakan, bahkan ada yang mengeluarkan nada cemooh. Apabila siswa diminta untuk mengoreksi gerakan dan materi pembelajaran, jarang sekali siswa untuk mau memperbaiki gerak tersebut. Bila siswa duberi tugas rumah, hanya sebagian kecil yang mampu mengerjakan dengan benar, karena bagi mereka pembelajran penjasorkes hanya peraktek dan lansung kelapangan.  Sebagian besar isswa hanya menyalin dan menyontek tugas temannya di sekolah.  Untuk dapat menyontek tugas temanya tersebut  sudah berada jauh sebelum jam pelajaran dimulai ataupun siswa menyalin semua tugas-tugas temanya disaat jam pelajran lain, padahal tugas temannya itu belum tentu benar. Apabila kondisi seperti ini dibiarkan, akan mengakibatkan pelajran penjasorkes semakin terasa sulit untuk dipahami siswa dan bisa menimbulkan kejenuhan bagi siswa.
Berdasakan hasil Tanya jawab penulis dan beberapa orang siswa selama mengajar di SMA N 3 Pariaman, ternyata siswa yang mampu mdengan cepat menyerap materi pelajran adalah mereka yang belajar dirumah sebelum proses pembelajaran  di sekolah berlansung. Hal ini menunjukan adanya kativitas siswa di rumah untuk mempersiapkan diri sebelum belajar di sekolah yaitu dengan membaca materi yang akan di pelajari besok harinya.
Sebagian sisiwa masih menganggap sumber belajar itu adalah guru, tanpa bimbingan guru mereka tidak amu belajar, pada hal tugas guru bukanlah sumber utama dalam proses pembelajaran melainkan sebagai fasilitator. Sebagaiman uyang dikemukakan oleh Sanjaya (2006:148) sebgai fasilitator guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahakan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
            Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berupaya memberikan motivasi kepada seluruh siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari dan mengikuti kuis sebelum proses pembelajaran berlansung. Dengan membaa materi yang kan dipelajari diharapakan siswa mengenal  materi pelajaran, sekaligus memiliki pengetahuan awal (Prior Knowlodge) tentang konsep pelajaran yang akan dipelajari. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti “ Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 3 Pariaman Melalui Pemberian Tes Kecil di Awal Proses Pembelajaran”.
B.  Identifikasi Masalah
Dari latar belakang  masalah yang telah dikemukakan di atas, maka keadaan yang ditemui di SMA N 3 Pariaman adalah:
1.    Kurangnya perhatian siswa terhadap PBM Penjas Orkes yang sedang diterankan guru.
2.    Aktivitas siswa dalam Proses pembelajaran rendah.
3.    Aktivitas siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang sudah dipelajari maupun yang sudah dipelajari sangat rendah.
C.  Batasan Masalah dan Pemecahannya
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah pemberian tes kecil diawal proses pembelajran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Penjas Orkes siswa kelas X SMN 3 Pariaman”?
Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, alternative pemecahan masalah yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas yaitu menerapakan pembelajran dengan pemberian tugas atau uji gerak di awal proses pembelajaran, sehingga aktivitas dan hasil belajar Penjas Orkes siswa meningkat.
D.  Hipotesis
Apakah pemberian tes kecil di awal proses pembelajaran dapat menigkatkan aktivitasdan hasil belajar Penjas Orkes siswa kelas X SMA N 3 Pariaman.
E.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah pemberian tes kecil pada awal proses pembelajaran dapat menigkatkan aktivitas dan hasil belajar Penjas Orkes siswa kelas X SMA N 3 Pariaman
F.   Manfaat Penelitian
Setelah penelitian tindakan kelas ini dilakasanakan, diharapkan bermanfaat gagi:
1.    Guru Penjas Orkes untuk menyusun perangkat pembelajran dan menentukan strategi pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
2.    Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPL- K).

                                                                                                                                
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Kajian Teori
1.    Tinjauan Tentang Ativitas Belajar Siswa
Pendidiakan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati,  dimana siswa belajar sambil bekarja. Sehubungan hal tersebut, system pembelajran dewasa ini sanagat menekankan  pada pendayagunaan asa keaktivan (Aktivitas) dalam proses belaajr dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Untuk menjawab tantangan di atas, maka pada jenjangan pendidikan SMA diberlakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP teridri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus di implementasikan dalam proses pembelajaran. Salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan  pada semua jenjang pendidiakan adalah model pembelajran terpadu. Seperti yang dimuat pada, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) model pembelajaran trpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistic dan otentik (BSNP, 2007:3).

Aktif mencari mengandung arti bahwa siswa diharapakan mencari sendiri pengetahuan tentang penjas Orkes, baik melalui tugas yag diberikan guru maupun tidak. Aktif menggali, diharapakan siswa tida hanya puas terhadap materi yang diberikan guru, tetapi siswa harus aktif menggali untuk memperdalam ilmu pengetahuannya dengan belajar sendiri dan beraktivitas sendiri baik di sekolah maupun di rumah. Aktivitas merupkan hal penting  dalam pembelajaran, sebab belajar pada prinsipnya merupakan perubahan tngkah laku, (sadirman, A.M, 1996:194). 
Untuk mengelompokkan aktivitas yang sedang berlansung Sadirman, A.M (1996: 99) membedakan aktivitas tersebut menjadi beberapa bagian yaitu:
a.)    Visualactivities, (mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, dan pidato), b.) Oral Activities, (menyatakan,bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, merumuskan, wawancara, diskusi, dan interupsi), c.)Listening Activities, (mendengarkan uraian, perckapan, diskusi, music, pidato), d.)Writing Activities, (menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin), e.)Drawing Activitites, (menggambar, membuat gerafik, peta, diagram), f.)Motor Activities, (melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mererapasi, berkebun, bermain, dan berternak), g.) Mental Activities, (menanggapi, memecahkan soal, menganalisa melihat hubungan, dan memutuskan, dan h.) Emotional Activities, (menaruh minat, bosan, gembira, bersemangat, berani, bergairah, tanang dan gugup).

Dengan berpedoman pada pengelompokan aktivitas yang dikeukakan  di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas- aktivitas tersebut terdiri dari:
1)   Aktivits verbal yaitu yang mengeluarkan ujaran atau suara
2)   Aktivitas non verbal yaitu kegiatan yang tidak mengutamakan ujaran dan
3)   Aktivitas mental yaitu kegiatan yang memperlihatkan perubahan sikap atas dasar perubahan pikiran dan persaan ssiwa.
Aktivitas belaajr siswa akan meningkat dan lebih bergairah dalam belajar jika ada yang diharapkan, yaitu pengetahuan serta nilai yang baik. Hal ini sesuai dengan Prayitno (1989: 123) bahawa, “ siswa akan meningkatan kegairahan belajarnya karena ingin mendapatkan nilai yang baik, untuk tes yang akan dihadapinya”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dengan mengadaakn tes akan dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar, sehingga kegairahan dalam belajar akan meningkat dan hasil belajar siswa juga akan baik.
2.    Tinjauan Tentang Tes Kecil dan Manfaatnya
Untuk melihat penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan perlu dilihat hasilnya dengan menggunakan alat ukur yaitu tes. Dengan pelaksanaan tes akan terlihat sejauh mana siswa menyerap atau memahami materi yang telah diajarkan oleh guru.
Tes adalah suatu alat ukur yang paling bnayakdigunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran. Tes kecil yang diberikan secara kontiniu daapt meningkatkan prestasi belajar, sebab pada umunya siswa akan berusaha katif dan belajar lebih tekun untuk mendapatkan nilai yang baik. Hal ini sesuai dengan pendaapt Ahmad (1990: 166), “tes yang sering diadakan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebab, tes akan mendorong dan mengaharuskan mereka belajar lebih teratur,lebih rajin dan lebih tekun.
Siswa akan lebih tekun lagi belajar apabila tahu kan diadakan kuis, sesuai dengan pendapat suduirman (1992: 93) bahwa, para siswa akan lebih giat belajar kalau mengetahui aka nada kuis”. Oleh karena itu dengan memberikan kuis merupakan suatu saran memotivasi belajar siswa.dengnan adanya kuis,  guru dapat mengetahui keputusan apa yang akan diambil tentang  berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, sedangkan bagi siswa dapat mengukur kemamapuanya sendiri. Selanjutnya Arikunto (1997: 30) mengemukakan bahwa, “Tes (kuis) mempunyai fungsi ganda yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dan mengukur keberhasilan program pembelajaran”.
Darikutipan di atas dapat diartikan bahwa dengan diadakan kuis, maka akan diketahui sejauh mana kesiapan sisiwa untuk mengikuti pembelajaran. Dari hasil kuis tersebut seorang guru dapat melihat sejauh mana program yang telah direncanakan terapai, sehingga guru dengan mudah memperbaiki atau meningkatkan program selanjutnya.
Supaya hasil kuis lebih objektif dan bukan faktor kebetulan, artinya hasil kuis tidak dipengaruhi oleh faktor pribadi baik siswa sendiri ataupun dari guru sebagai penilai, maka kuis perlu dilakukan secara kontiniu. Selanjutnya  Arikunto (1997: 60) mengemukakan bahwa:
“Evaluasi harus dilakukan secara kontiniu, dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan, maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Faktor kebetulan akan mengganggu hasil, jika tes hanya dilakukan sekali atau dua kali saja.”

            Berdasarkan uraian di atas , dapat disimpulkan bahwa semakin sering kuis diadakan, maka semakin sering pula siswa belajar dan makain bnayak konsep yang dikuasai oleh siswa. Mantapanay konsep pembelajaran menyebabkan siswa akan merasa puas menyelesaikan kebenaran gerak yang diberikan guru dengan baik.
3.    Tinjauan Belajar dan Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses. Oleh karena itu, belajar berlansung secara aktif dan interaktif dengan menggunakan berbagai bentuk perlakuan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapakan. Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian pristiwa yang kompleks. Dalam pristiwa tersebut terjadi komunikasi timbala balik (interaksi) antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
Setiap individu bila melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang relative permanen dan terjadi akibat latihan dan pengalaman, seperti dikemukakan Slameto (1992: 2) sebagai berikut:
“Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh hasil suatu hasil. Hasil belajar dapat dipandang sebagai nilai-nilai yang diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar menunjukkan berapa besarnya penguasaan yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
B.  Kerangka Konseptual
Setalah melaksanakan proses pembelajaran, guru perlu mengadakan orientasi untuk  melihat atau meninjau supaya lebih kenal dan lebih dekat dengan siswa. Fungsi orientasi diantaranya adalah untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa tentang materi pelajaran yang telah dipelajarinya, sebab siswa yang sudah mengenal materi pelajaran biasanya akan mempunyai motivasi yang lebih tinggi dan aktif dalam proses pembelajaran.
Supaya hal di atas dapat terwujud, maka kepada siswa diberi tugas rumah untuk mempelajari materi yang akan dipelajari dengan harapan siswa memiliki pengetahuan awal dan berupaya memahami pelaajran tersebut. Kemudian sebelum proses pembelajaran berlansung, siswa diberi kuis atau pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Kuis berfungsi untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Siswa yang memiliki pengetahuan awal dan memamhami pelajaran dengan baik dan mudah mengerjakan kuis, sedangkan siswa yang belum memiliki pengetahuan awal dan kurang memahami pelajaran akan mengalami kesulitan dalam mengerkan kuis tersebut.
Sehubungan dengan hal yang demikian diharapakan siswa yang memiliki pengetahuan awal, baik yang diperoleh sendiri maupun penguasaan daru guru akan memiliki motivasi yang tinggi, sehingga aktivitasnya dalam proses pembelajaran akan selalu meningkat.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang dilaksanakan secara lansung oleh guru dalam praktek pembelajaran, dimana guru (peneliti) mengadakan tindakan tertentu berdasarkan masalah-masalah penting dilapangan yang harus segera diatasi.
B.  Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 3 Pariaman. Waktu penelitan pada semester I Juli – Desember tahun pelajaran 2011/2012 yang  dimulai tanggal 15 Oktober  2011 sampai selesai.
C.  Subjek Penelitian
Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kes X yang siswanya berjumlah 272 orang.
D.  Prosedur Penelitan

12
 
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Teggart, terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation) dan perenungan (reflection). Pelaksanaan tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan dengan perincian, 2 kali pertemuan untuk melaksanakan proses pembelajran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Selanjutnya diuraikan langkah – langkah kegiatan yang dilaksanakan dari tiga kali pertemuan disetiap siklus yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. 
1.    Rencana (Plan)
a.    Menyiapkan rencana penelitian yaitu pelaksanaan dan materi yang akan diteliti.
b.    Menyiapakan rencana pembelajaran
c.    Menyiapkan lembar  pengamatan aktivitas siswa dalam belajar
d.   Mempersiapakan soal tes kecil
e.    Mempersiapkan tes ulangan harian
2.    Pelaksanaan tindakan (action)
Adapaun pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah:
a.    Mengingatkan pada siswa bahwa diawal pembelajaran diadakan tes.
b.    Guru melaksanakan proses pembelajaran yaitu:
1)   Memberikan apersepsi dan motivasi
2)   Memberikan LDS sebagai bahan diskusi
3)   Mempresentasikan hasi diskusi
4)   Melengkapi hasil diskusi
5)   Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dan memberikan tugas rumah.
c.    Memberikan tes dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1)   Siswa menyediakan kertas satu lembar untuk jawaban tes
2)   Guru membacakn soal yang telah disiapkan
3)   Lembaran jawaban dikumpul lansung oleh siswa kepada guru
4)   Lembaran jawaban diperikasa, dinilai dan kemudian diserahkan kepada siswa pada pertemuan berikutnya untuk daapt memperagakan gerakan dari apa yang ditulisnya saat tes.
3.    Pengamatan (observation)
Hal –hal yang diamati adalah aktivitas verbal, aktivitas non verbal dan aktivitas mental. Aktivitas verbal meliputi kegiatan siswa mengajukan pertanyaan pada guru atas materi pelajaran yang sedang berlansung, menjawab pertanyaan  dari guru atau teman sekelas, mendengarkan uraian materi pelajaran. Aktivitas non verbal seperti memperagakan gerak dan menyelesaikan tugas rumah. Sementara aktivitas mental meliputi keseriusan siswa mengikuti tes dan uji fisik.
Diharapkan pemberian uji kemampuan di akhir jam pelajaran membuat suasana kelas menjadi hidup. Gairah ini muncul akibat bertambahnya aktivitas verbal, aktivitas non verbal serta aktivitas mental. Meningkatkan aktivitas ini diduga akan menigkatkan hasil belajar siswa. Dalam pengamatan ini peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang kan mengamati dan mengisi lembar observasi yang sudah disiapkan.
4.    Refleksi (reflection)
Dari akrivitas yang dilakukan selama siswa mengikuti pelaajran berakhir, setelah sampai dimana peningkatan penutunan aktivitas tersebut. Hasil tes akan meningkat jika didukung oleh peningkatan terhada aktivitas.
Tes kwcil dilaksanakan 15 menitsebelum pelajaran berakhir. Setiap siswa mengerjakan tes pada lembar jawaban yang telahdisediakan sendiri. Setelah pelaksanaan tes kecil berakhir, maka lembar jawaban lansung dikumpulkan oleh siswa kepada guru. Setelah melakukan tes, lansung mengadakan uji coba gerak. Lembar jawaban tes kecil diperiksa, diberi nilai dan ditentukan rata-rata kelasnya. Kemudian peneliti melakukan diskusi guna mengambil langkah perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Pada dasarnya setiap siklus mempunyai tindakan yang sama yaitu pemberian uji tes diawal jam pelajaran, tetapi beda perlakuannya.
E.  Alat Pengumpulan Data
a.    Lembar diskusi siswa yaitu LDS yang berisi petunjuk bagi siswa dalam belajar dan bekerja.
b.    Lembar obsevasi.
c.    Hasil tes (kuis) dan uji gerak.
F.   Teknik Analisa Data
Teknik analisa dat pada penelitian ini terdiri dari 2 macam yaitu analisis aktivitas dan analisis rata-rata kelas setiap tes serta rata-rata ulangan harian. Untuk melihat aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar, maka hasil observasi dianalisis dengan cara menentukan persentase setiap aktivitas yang diamati dengan teknik persentase seperti yang di kemukakan Warnelis (2001: 15) adalah sebagi berikut:

Untuk melihat penigkatan aktivitas satu pertemuan kepertemuan berikutnya diperlukan suatu standar penelitian. Arikunto (1997: 271) menetapkan selang persentase untuk menentukan sebutan penilaian tersebut seperti table 1 berikut
 Table. 1. Interval Penilaian Aktivitas Belajar
 Persentase Aktivitas Belajar (AB) kualitatif
Sebutan Kualitatif
0<AB<20
Kurang sekali
20<AB<40
Kurang
40<AB<60
Sedang
60<AB<80
Baik
80<AB<100
Baik Sekali
Data yang diperoleh dari setiap tes dan uji kemampuan gerak dengan mengunkan rumus rata-rata yaitu:
X = X
Keterangan :     X = rata –rata
                          X = jumlah nilai peserta tes
        N = jumlah peserta tes  (Arikunto, 1997: 271).
Nilai rata – rata tes dan rata –rata uji gerak tersebut dijadikan sebagai pendamping dari nilai rata tes dan rata – rata uji gerak sebelumya sehingga diperoleh konsep:
1.    Bila nilai rata-rata tes dan nilai rata-rata uji kemampuan gerak meningkat dari nilai rata-rata tes dan nilai rata-rata uji gerak  sebelumnya, hasil belajar dapat dikatakan meningkat.
2.    Bila nilai rata-rata tes dan nilai rata-rata uji kemampuan  gerak tetap berarti hasil tidak meningkat.
3.    Bila nilai rata-rata tes dan nilai rata-rata ujikemampuan  gerak menurun dari nilai rata-rata tes dan nilai rata-rata uji kemampuan gerak sebelumya hasil belajar diaktakan menurun.
Untuk mengukur penilaian hasil belajar dari tes dan uji kemampuan gerak dilakukan analisis dengan menggunakan criteria ketuntasan beljar yang dicantumkan dalam petunjuk teknis GBPP 1994 hal34 yaitu:
a.    Siswa dikatakan tuntas belajar jika ssiwa tersebut telah menguasai 65% dari materi yang diuji.
b.    Siswa dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika 85% dari seluruh pengikut tes sudah menguasai 65% materi yang diajar.