Jumat, 14 Juli 2017

PROPOSAL PTK PENJASKES LENGKAP KELAS 5 SD

PROPOSAL PTK PENJASKES LENGKAP KELAS 5 SD

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 

 Beberapa faktor yang mendasari dari penelitian ini contoh proposal ptk penjas adalah (1) Media pembelajaran atau lapangan disekolah terbuat dari paving yang kurang tepat untuk pembelajaran materi sepak bola. (2) Beberapa siswa putri kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran materi sepak bola. (3) Pelajaran yang diberikan belum dikemas dalam bentuk modifikasi sehingga dijumpai siswa putri kurang antusias, bosan, dan malas dalam bergerak. ptk penjaskes kelas 6 (4) Kurangnya Sarana dan prasarana hanya dijumpai bola sepak 1 buah dan bola futsal 1 buah. Untuk itu dapat ditarik rumusan masalah : Bagaimana hasil pengembangan model pembelajaran teknik dasar permainan sepak bola yaitu menggiring dan mengumpan melalui pendekatan permainan gobak sodor dengan menggunakan bola di SD N ..... Kec. ..... Kab. ......?. Tujuan dalam penelitian ini untuk membuat variasi pembelajaran pada olahraga permainan sepak bola agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran penjasorkes pada permainan sepak bola melalui pendekatan permainan gobak sodor pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri .......


Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan dari Borg & Gall yaitu: (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan yang didapat dari hasil pengumpulan informasi, termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka, (2) mengembangkan bentuk produk awal (berupa pengembangan model pembelajaran teknik dasar menggiring dan mengumpan pada permainan sepakbola), (3) evaluasi ahli yaitu menggunakan satu ahli Penjas dan dua ahli pembelajaran penjasorkes Sekolah Dasar, serta uji coba kelompok kecil, dengan menggunakan kuesioner dan konsultasi yang kemudian dianalisis, (4) uji coba lapangan, yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan (5) revisi produk akhir, revisi produk akhir dilakukan setelah melakukan uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. ptk penjas bola voli kelas 5 sd
Dari hasil uji coba diperoleh data evaluasi ahli yaitu, ahli Penjas 77,3 % (baik), ahli pembelajaran I 86,6 % (baik), ahli pembelajaran II 89,3 % (baik), hasil kuesioner uji coba kelompok kecil rata-rata persentase pilihan jawaban yang sesuai 90,5 5 % (sangat baik), dari rata-rata kuesioner uji lapangan didapat rata-rata persentase pilihan jawaban yang sesuai 87,10 % (baik).
Berdasarkan hasil penelitian ini, di harapkan bagi guru Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar apabila akan mengajarkan teknik dasar permainan sepak bola untuk menggunakan produk pengembangan model pembelajaran ini pada siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. ptk penjaskes sd permainan sepak bola

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PENJASKES LENGKAP KELAS 5 SD lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK 001 SD).

Penelitian Tindakan Kelas Penjaskes Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidayah

Penelitian Tindakan Kelas Penjaskes Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidayah 

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 

 Penelitian tindakan kelas (PTK) Penjaskes untuk SD/MI dapat dikatakan unik karena melibatkan penelitian yang lazim dilakukan di lapangan atau luar kelas daripada di dalam kelas.
Namun demikian, observasi atau pengamatan tetap dapat dilakukan dengan mudah apabila kita mengikuti kaidah atau aturan dalam melakukan penelitian. Untuk mempermudah guru dalam melakukan PTK Penjaskes, maka tulisan kali ini menghadirkan contoh-contoh PTK sebagai sumber ide bagi para guru penjaskes dalam melakukan PTK.

Tulisan kami kali ini menyajikan beberapa contoh PTK Penjaskes yang sangat layak dijadikan rujukan bagi Anda yang hendak menyusun PTK untuk berbagai keperluan, baik kenaikan pangkat maupun mengikuti seleksi hibah penelitian ataupun untuk kepentingan lain. Meskipun, misalnya, dari contoh yang kami sajikan untuk kelas V, maka hal serupa dapat Anda terapkan untuk jenjang kelas lainnya (kelas I, II, III, IV, dan VI). Hal yang terpenting adalah dengan memperhatikan kompabilitas atau kecocokan topik. Hal yang perlu diingat adalah bahwa topik tertentu mungkin hanya cocok untuk jenjang kelas tertentu saja.

Namun demikian, jika Anda menganalisis dengan menggunakan model pembelajaran tertentu, maka model tersebut biasanya akan kompatibel atau cocok diterapkan di semua jenjang. Tentu saja yang membedakan adalah pada topiknya saja.

Berikut adalah beberapa contoh PTK Penjaskes untuk SD/MI yang dapat Anda jadikan rujukan. Download-lah topik yang sekiranya cocok buat Anda. Selamat menyimak!

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PENJELAJAHAN DALAM PENJASORKES MELALUI KAJIAN LINGKUNGAN PERSAWAHAN SISWA KELAS V DAN KELAS VI SD N WONOREJO 01 KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011

Klik untuk Download
MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN HUTAN JATI SISWA KELAS V SD NEGERI PENUSUPAN 04 KECAMATAN PANGKAH KAB. TEGAL TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Klik untuk Download
Pengembangan Model Pembelajaran Gerak Lompat Jauh Dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Sekitar Sekolah Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun 2011
Klik untuk Download
MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN ESGRANGTOK UNTUK PEMBELAJARAN GERAK DASAR MANIPULATIF DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI ULUJAMI PEMALANG TAHUN 2015
Klik untuk Download
Pengembangan Model Pembelajaran Teknik Dasar Lempar Tangkap dengan menggunakan bola kasti dalam Penjasorkes melalui pendekatan Lingkungan Persawahan Kering Siswa Kelas IV SD Negeri Krandon 04 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2010 – 2011
Klik untuk Download

Pengembangan Model Pembelajaran Bola Voli Melalui Permainan Bola Voli Net Hidup Memanfaatkan Lingkungan Sekitar Sekolah pada Siswa Kelas V SDN 8 Gondosari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2011
Klik untuk Download

Model Pembelajaran Kekuatan Otot Tungkai Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Persawahan Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Watukumpul Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang

Klik untuk Download

MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BASKET MODIFIKASI DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN LUAR SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 BAKALAN KECAMATAN KALINYAMATAN KABUPATEN JEPARA

Klik untuk Download

MODEL PEMBELAJARAN ROLL DEPAN DALAM PENJASORKESMELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN PERSAWAHANDENGAN MENGGUNAKAN TUMPUKAN JERAMI SEBAGAI MATRAS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI REJOSARI 2 KECAMATAN KARANGAWEN KABUPATEN DEMAK

PTK Penjaskes Bola Voli SD

PTK Penjaskes Bola Voli SD

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 
 
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, ketrampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan berbagai pendekatan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Cara pelaksanaan pembelajaran kegiatan dapat dilakukan dengan latihan, menirukan, permainan, perlombaan, dan pertandingan (Depdiknas, 2003:5-6).

Ruang lingkup olahraga meliputi olahraga masyarakat, olahraga prestasi, dan olahraga pendidikan. Salah satu bagian dari olahraga pendidikan terdapat pendidikan jasmani yang merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar.

Permainan dan olahraga meliputi olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya, olahraga tradisionaldan aktivitas luar kelas. Dalam pendidikan jasmani permainan merupakan olahraga yang paling digemari siswa, salah satu di antaranya adalah permainan bola voli mini.

Pelaksanaan proses pembelajaran permainan bola voli mini di SD Negeri Tambaharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen masih banyak ditemukan masalah di antaranya adalah kurangnya penguasaan teknik passing atas. Siswa kelas V dalam melakukan passing atas masih merasa takut terhadap bola. Siswa juga beranggapan bahwa bola itu berat dan siswa takut jika jari tangan akan cedera akibat menahan bola. Selain itu, siswa tidak berani melihat arah datangnya bola ketika melakukan passing atas. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang menyenangkan menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar teknik passing atas bola voli. Selama ini teknik yang diberikan guru pendidikan jasmani dalam mengajar passing atas masih sulit dipelajari oleh siswa, akibatnya siswa kurang terampil dalam melakukan passing atas bola voli. Terbukti dari hasil evaluasi, baru 42% siswa yang telah dapat melakukan teknik passing atas dengan baik dan benar dan sisanya 58% siswa masih belum menguasai teknik passing atas dengan baik dan benar.

Kondisi demikian apabila dibiarkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu permasalahan yang harus dicari jalan keluarnya.

Berdasarkan pengamatan diketahui adanya beberapa masalah yang menyebabkan kurangnya penguasaan teknik passing atas siswa. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah:
  1. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran teknik passing atas.
  2. Rendahnya kemampuan dan keberanian siswa dalam melakukan teknik passing atas.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab timbulnya permasalahan, di antaranya:
  1. Guru belum menerapkan metode yang sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan.
  2. Guru belum mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti menggunakan metode pembelajaran yang dapat membantu siswa kelas V SD Negeri Tambaharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen untuk dapat melakukan passing atas dengan baik dan benar, yaitu metode tutor sebaya. Selama ini metode tutor sebaya belum pernah digunakan dalam pembelajaran Bola voli mini di SD Negeri Tambaharjo.

Alasan penggunaan metode bantuan tutor sebaya sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu bahwa:
  1. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya.Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas.
  2. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.
  3. Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
Penggunaan metode tutor sebaya diharapkan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap teknik passing atas, seperti yang disampaikan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, bahwa tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar passing atas dalam permainan bola voli mini siswa kelas V SD Negeri Tambaharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen?”

C.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pasing atas siswa kelas V SD Negeri Tambaharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen melalui bantuan tutor sebaya.

D.    Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah hasil belajar passing atas siswa kelas V SD Negeri Tambaharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen meningkat.

Rabu, 12 Juli 2017

Penelitian tindakan kelas (PTK) Penjaskes untuk SD/MI

Penelitian tindakan kelas (PTK) Penjaskes untuk SD/MI
 
Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 
 
 dapat dikatakan unik karena melibatkan penelitian yang lazim dilakukan di lapangan atau luar kelas daripada di dalam kelas.

Namun demikian, observasi atau pengamatan tetap dapat dilakukan dengan mudah apabila kita mengikuti kaidah atau aturan dalam melakukan penelitian. Untuk mempermudah guru dalam melakukan PTK Penjaskes, maka tulisan kali ini menghadirkan contoh-contoh PTK sebagai sumber ide bagi para guru penjaskes dalam melakukan PTK.

Tulisan kami kali ini menyajikan beberapa contoh PTK Penjaskes yang sangat layak dijadikan rujukan bagi Anda yang hendak menyusun PTK untuk berbagai keperluan, baik kenaikan pangkat maupun mengikuti seleksi hibah penelitian ataupun untuk kepentingan lain. Meskipun, misalnya, dari contoh yang kami sajikan untuk kelas V, maka hal serupa dapat Anda terapkan untuk jenjang kelas lainnya (kelas I, II, III, IV, dan VI). Hal yang terpenting adalah dengan memperhatikan kompabilitas atau kecocokan topik. Hal yang perlu diingat adalah bahwa topik tertentu mungkin hanya cocok untuk jenjang kelas tertentu saja.

Namun demikian, jika Anda menganalisis dengan menggunakan model pembelajaran tertentu, maka model tersebut biasanya akan kompatibel atau cocok diterapkan di semua jenjang. Tentu saja yang membedakan adalah pada topiknya saja.

Berikut adalah beberapa contoh PTK Penjaskes untuk SD/MI yang dapat Anda jadikan rujukan. Download-lah topik yang sekiranya cocok buat Anda. Selamat menyimak!

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PENJELAJAHAN DALAM PENJASORKES MELALUI KAJIAN LINGKUNGAN PERSAWAHAN SISWA KELAS V DAN KELAS VI SD N WONOREJO 01 KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011


Klik untuk Download

MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN HUTAN JATI SISWA KELAS V SD NEGERI PENUSUPAN 04 KECAMATAN PANGKAH KAB. TEGAL TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

Klik untuk Download

Pengembangan Model Pembelajaran Gerak Lompat Jauh Dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Sekitar Sekolah Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun 2011

Klik untuk Download

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN ESGRANGTOK UNTUK PEMBELAJARAN GERAK DASAR MANIPULATIF DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI ULUJAMI PEMALANG TAHUN 2015

Klik untuk Download

PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes SD BAB 5

PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes SD BAB 5

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 


Contoh PTK Kenaikan Pangkat - PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes SD BAB 5 dan Daftar Pustaka Terbaru Kelas 4 Teknik Dasar Pasing Atas - Berikut ini contoh laporan PTK lengkap untuk kenaikan pangkat Guru SD Kelas 5 dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Kenampakan Buatan di Indonesia melalui Penggunaan Pendekatan Pembelajaran VCT di Kelas V SD.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data teknik dasar pasing atas bola voli mini siswa kelas IV SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pada pratindakan dari 26 siswa, terdapat 11 siswa (42%) yang tuntas belajar.
2. Pada akhir siklus I dari 26 siswa, terdapat 19 siswa (73%) yang tuntas belajar.
3. Pada akhir siklus II dari 26 siswa, 23 siswa (88%) telah tuntas belajar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan teknik dasar pasing atas bola voli mini siswa kelas IV SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas melalui penerapan metode bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan teknik dasar pasing atas bola voli mini siswa. Penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani dalam menggunakan metode bantuan tutor sebaya sebagai metode alternatif dalam penyampaian materi pembelajaran, khususnya pembelajaran teknik dasar pasing atas bola voli mini.
PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes SD BAB 4 dan Daftar Pustaka Terbaru Kelas 4 Bola Voli
Dengan penerapan metode bantuan tutor sebaya untuk meningkatkan teknik dasar pasing atas bola voli mini, maka siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran teknik dasar pasing atas yang pada awalnya susah dipahami oleh siswa dan kurang menarik bagi siswa, menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami siswa.
Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, namun kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani baik proses maupun hasilnya dan peningkatan hasil belajar siswa.
Dari segi proses pembelajaran pendidikan jasmani, penerapan metode bantuan tutor sebaya dapat merangsang aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran jasmani, kerjasama, skill, dan sikap kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dijadikan sebagai objek penelitian sebagai berikut:
1. Siswa sebaiknya lebih serius dalam mengikuti pembelajaran teknik dasar pasing atas bola voli mini melalui metode bantuan tutor sebaya agar hasil belajar lebih baik.
2. Guru pendidikan jasmani hendaknya menggunakan metode bantuan tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran pendidikan jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Agus KristiRinoto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam Pendidikan Jasmani & Kepelatihan Olahraga. Surakarta: UNS Press.
Amirudin, Moh. Implementasi Metode Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII A. Malang: MTS Al Ma’arif Singosari.
Arma Abdoellah. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi.  Yogyakarta : Sastra Hudaya.
Badudu Zain. (1992). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Beutelstahl, Dieter. (2007). Belajar Bermain Bola Volley. Bandung: Piopir Jaya.
Dadang Heryana, Giri Verianti. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk Siswa SD-MI Kelas IV. Jakarta: Aneka Ilmu.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi (Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2007). Naskah Akademik Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: BPP Pusat Kurikulum.
Djumindar, Mochamad. (2004). Gerakan-gerakan Dasar Atletik dalam Bermain. Jakarta: Grafindo Persada.
Gagne, RM., Briggs, L.J. (1979). Principles of Instructional Design. Holt. Rinehart and Winston.
Hamalik, Oemar. (2004). Media Pendidikan. Bandung: PT Aditya Bakti
Hilgard, Ernest R. (1948). Theories of Learning. East Norwalk, CT, US: Appleton-Century-Crofts.
Wikipedia Indonesia. (2009). Pengertian bola voli. Diperoleh 02 Juli 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bola_voli/
Kosasih Engkos, Olahraga Teknik dan Program Latihan dan Akademik, Jakarta: Persindo.
PP.PBVSI. (1995). Jenis-jenis Permainan Bolavoli. Jakarta: PBVSI.
Purwanto, M. Ngalim, MP. (1997). Psikologis Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Revans, Reg. (1998). Action Learning. New York: Hart Publishing Co.
Rukman, Kamil. (1990). Minivoli. Jakarta: PBVSI.
Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga.Suherman. (2003). Pengembangan Pembelajaran.
Slameto. 1993. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudiarto. (1990). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjend Dikti.
Suharsimi Arikunto. (1993). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumantri M. Dan Syaodih, N (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syarifuddin Aip, Pengetahuan Olahraga, (1991). Jakarta: CV Baru
Tim Bina Kerja Guru. (2004). Pendidikan Jasmani untuk Sekolah Dasar Kelas 4. Jakarta: Erlangga.
Viera, Barbara L. (2000). Bolavoli. (Tingkat Pemula) diterjemahkan oleh Monti. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Baca juga:

Pangkat Penjaskes BAB 2 Kelas 5 SD Atletik

Pangkat Penjaskes BAB 2 Kelas 5 SD Atletik 

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 

 

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniahnya. Usaha tersebut dilakukan secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan anak dan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. (Soegardo dan Harahap. 1981:257).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha secara sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes BAB 2 Kelas 5 SD Atletik
Menurut Raka Joni (1981: 14) hakikat pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan subyek didik dengan kewibawaan pendidik.
b. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
2. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan peserta didik di sekolah. Menurut Abdul Gafur  (dalam Arma Abdullah dan Agus Manadji. 1994: 5) pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani dan intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak, jadi hakikat dari pendidikan Jasmani adalah satu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar melalui kegiatan jasmani dan intensif.
Menurut Nixon dan Jewett (1980: 27), pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi, dan sosial.
Menurut Frost (1975: 33), pendidikan jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari gerak, yaitu merangkak, berjalan, berlari, memanjat, melompat, melempar, dan gerakan lain yang dilakukan bila berpartisipasi dalam permainan, senam, tari, renang, serta berenang dan berlari.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, keterampilan gerak, pengetahuan, perilaku hidup sehat dan kecerdasan emosi. Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani yang aktif dan afektif dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, yaitu jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.
3. Pengertian Lompat dan Loncat
Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain dengan tumpuan satu kaki dan mendarat dengan kaki. Loncat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain dengan tumpuan dua kaki dan mendarat dengan kaki. (http://binoracom.wordpress.com/2011/08/21/lompat-dan-loncat/).
Gambar 1 Melompat dengan Tumpuan Satu Kaki 
Gambar 2 Meloncat dengan Tumpuan Dua Kaki
Gerak dasar lompat dan loncat merupakan bagian dari gerak lokomotor, yaitu gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Macam-macam gerak lokomotor yaitu lari, lompat, loncat, leaping, jingkat, menderap, sliding, skipping, rolling, dan memanjat. Melompat dan meloncat adalah gerakan memindahkan tubuh dengan menggunakan dua atau satu kaki tumpu dari satu ketinggian dan mendarat tidak harus dengan menggunakan kaki. (http://ramliunmul.blogspot.com/2009/10/konsep-dasar-gerak.html?zx=8daff32c8ac6b69b).
Tujuan utama dari pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat bukan untuk meningkatkan prestasi para siswa, tetapi lebih ditekankan pada upaya untuk memperkaya gerak dasar lompat dan loncat. Siswa diharapkan lebih terampil, efektif dalam menggunakan atau memfungsikan anggota badannya.
Karakteristik gerak dan struktur gerak lompat dan loncat dalam atletik berdasarkan buku Pedoman Lomba Atletik Seri Lompat dan loncat (PEPASI, 1996) adalah sebagai berikut:
a. Dengan tumpuan dua kaki
b. Loncat ke depan
c. Loncat ke belakang
d. Loncat ke samping kiri atau ke kanan
e. Loncat ke atas
f. Loncat berputar
g. Melompat dengan tumpuan satu kaki
h. Lompat ke depan, ke belakang, ke samping, ke bawah, ke atas, dan lompat berputar
i. Sendirian, berpasangan, atau berkelompok
j. Bersama anak-anak lain atau melawan anak-anak lain
k. Melewati rintangan menggunakan lapangan rumput, matras, atau bak pasir
l. Di hutan, di kebun atau di jalan, dan lain-lain.
4. Bermain
Teori Relaksi dari Patrick (dalam Soetoto pontjopoetro. 2002: 1.7) teori ini mengemukakan bahwa, “Permainan adalah menyenangkan dan dilakukan karena ingin bermain. Karena bermain adalah cara untuk melepaskan diri dari segala kehidupan dan segala macam paksaan”. Teori kelebihan tenaga dari Herbert Spencer (dalam Soetoto pontjopoetro, 2002: 1.7) teori ini mengatakan bahwa, “Tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu menuntut jalan keluar dan pada disalurkan dalam permainan”.
Ahli-ahli pendidikan seperti Gutsmuths, Montessori da Frobel (dalam Soetoto pontjopoetro, 2002: 1.10) menganjurkan supaya permainan itu menjadi  alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani dan rohani. Anak-anak bermain dalam suasana jiwa bebas, lepas dari segala rintangan dan tekanan, serta mencerminkan jiwa mereka kepada kita, sehingga mudah bagi kita untuk mengetahui tabiat anak. Maka tepat sekali jika para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak yang sedang bermain adalah sebagai buku yang sedang terbuka yang mudah terbaca.
Berdasarkan beberapa teori permainan di atas, maka dapat kita ambil suatu definisi bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang menarik, menantang dan menimbulkan kesenangan, karena dengan adanya rasa senang memudahkan dalam mengajar dan mengarahkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Fungsi permainan dalam pendidikan sangat mendukung keberhasilan pendidikan. Anak-anak suka bermain dan permainan itu dilakukan dengan gembira. Oleh karena itu segala sesuatu yang diajarkan waktu itu dapat ditangkapnya dengan mudah. Maka, sebaiknya semua pembelajaran kepada anak-anak diberikan dalam suasana gembira atau sambil bermain.
Dalam permainan seorang anak belajar memberi dan menerima, belajar mengukur kekuatan atau kecepatan sendiri dengan orang lain, belajar bergaul dengan orang lain, belajar jujur dan sportifitas, belajar bekerjasama sehingga akan timbul rasa persatuan.
Pembelajaran atletik yang hanya berorientasi kepada hasil tanpa memperhatikan variasi dalam proses pengembangannya dapat menjebak siswa dalam kebosanan dan kejenuhan. Bermain dalam hal ini sebagai pendekatan ke teknik yang akan dilaksanakan dan jenis permainannya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Misalnya, dalam materi lompat dan loncat, contohnya adalah memindahkan benda ke tempat lain, melompat dan meloncat dengan melewati rintangan dan sebagainnya. Dengan bermain diharapkan siswa menjadi termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran atletik.
5. Media Bantu
Media pembelajaran diartikan sebagai bentuk yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. (Basyirudin Usman. 2002: 12).
Media bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan pendidikan/pengajaran. Dalam praktiknya alat bantu lebih sering disebut sebagai peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Media menurut Arsyad (2002) adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan atau alat. Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu hal.
Media berperan sebagai alat bantu belajar yang bisa digunakan sendiri oleh siswa atas bimbingan guru, dalam pembelajaran media digunakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru dalam memberikan atau menyampaikan pelajaran.
Alat bantu pendidikan ini disusun menggunakan patokan atau berdasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera. Oleh sebab itu, semakin banyak panca indera yang digunakan untuk menerima sesuatu materi yang diajarkan maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh sasaran pendidikan. Dengan perkataan lain alat bantu ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi dari siswa. 
Target sasaran pendidikan di dalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Akan tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda di dalam membantu persepsi atau pemahaman seseorang.
Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Susilana (2009: 9) adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Alat bantu dikatakan baik apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk merubah pengetahuan, pengertian, pendapat, dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru, selain itu, alat bantu harus efisien dan efektif dalam penggunaannya yaitu memberikan hasil guna yang ditinjau dari segi pesan dan kepentingannya, serta alat bantu harus komunikatif, yaitu bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga siswa mudah menerima pelajaran dari guru. 
Pemilihan media bantu yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran sangat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Media bantu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat penelitian tindakan kelas ini berupa ban bekas dan bilah bambu. Pembelajaran menggunakan media bantu ban bekas dan bilah bambu membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menantang bagi siswa bila dibandingkan dengan yang tidak menggunakan media bantu.   
Gambar 3 Melompat dan Meloncat dengan Media Ban Bekas  
Gambar 4 Melompat dan Meloncat dengan Media Bilah Bambu
B. Kerangka berpikir
Penelitian ini menggunakan pendekatan bermain dan media bantu pembelajaran. Pendekatan bermain dan media bantu diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
Penelitian ini memfokuskan pada upaya peningkatan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat dengan pendekatan permainan, terhadap sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dalam ini minat, kegembiraan dan keaktifan siswa serta untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar pada gerak dasar lompat dan loncat.
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pangkat Penjaskes SD BAB 5 dan Daftar Pustaka Terbaru Kelas 4 Bola Voli

Pangkat Penjaskes SD BAB 5 dan Daftar Pustaka Terbaru Kelas 4 Bola Voli 
Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 


Contoh PTK Kenaikan Pangkat - PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes SD BAB 5 dan Daftar Pustaka Terbaru Kelas 4 Teknik Dasar Pasing Atas - Berikut ini contoh laporan PTK lengkap untuk kenaikan pangkat Guru SD Kelas 5 dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Kenampakan Buatan di Indonesia melalui Penggunaan Pendekatan Pembelajaran VCT di Kelas V SD.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data teknik dasar pasing atas bola voli mini siswa kelas IV SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pada pratindakan dari 26 siswa, terdapat 11 siswa (42%) yang tuntas belajar.
2. Pada akhir siklus I dari 26 siswa, terdapat 19 siswa (73%) yang tuntas belajar.
3. Pada akhir siklus II dari 26 siswa, 23 siswa (88%) telah tuntas belajar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan teknik dasar pasing atas bola voli mini siswa kelas IV SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas melalui penerapan metode bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan teknik dasar pasing atas bola voli mini siswa. Penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani dalam menggunakan metode bantuan tutor sebaya sebagai metode alternatif dalam penyampaian materi pembelajaran, khususnya pembelajaran teknik dasar pasing atas bola voli mini.
PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes SD BAB 4 dan Daftar Pustaka Terbaru Kelas 4 Bola Voli
Dengan penerapan metode bantuan tutor sebaya untuk meningkatkan teknik dasar pasing atas bola voli mini, maka siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran teknik dasar pasing atas yang pada awalnya susah dipahami oleh siswa dan kurang menarik bagi siswa, menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami siswa.
Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, namun kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani baik proses maupun hasilnya dan peningkatan hasil belajar siswa.
Dari segi proses pembelajaran pendidikan jasmani, penerapan metode bantuan tutor sebaya dapat merangsang aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran jasmani, kerjasama, skill, dan sikap kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dijadikan sebagai objek penelitian sebagai berikut:
1. Siswa sebaiknya lebih serius dalam mengikuti pembelajaran teknik dasar pasing atas bola voli mini melalui metode bantuan tutor sebaya agar hasil belajar lebih baik.
2. Guru pendidikan jasmani hendaknya menggunakan metode bantuan tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran pendidikan jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Agus KristiRinoto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam Pendidikan Jasmani & Kepelatihan Olahraga. Surakarta: UNS Press.
Amirudin, Moh. Implementasi Metode Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII A. Malang: MTS Al Ma’arif Singosari.
Arma Abdoellah. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi.  Yogyakarta : Sastra Hudaya.
Badudu Zain. (1992). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Beutelstahl, Dieter. (2007). Belajar Bermain Bola Volley. Bandung: Piopir Jaya.
Dadang Heryana, Giri Verianti. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk Siswa SD-MI Kelas IV. Jakarta: Aneka Ilmu.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi (Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2007). Naskah Akademik Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: BPP Pusat Kurikulum.
Djumindar, Mochamad. (2004). Gerakan-gerakan Dasar Atletik dalam Bermain. Jakarta: Grafindo Persada.
Gagne, RM., Briggs, L.J. (1979). Principles of Instructional Design. Holt. Rinehart and Winston.
Hamalik, Oemar. (2004). Media Pendidikan. Bandung: PT Aditya Bakti
Hilgard, Ernest R. (1948). Theories of Learning. East Norwalk, CT, US: Appleton-Century-Crofts.
Wikipedia Indonesia. (2009). Pengertian bola voli. Diperoleh 02 Juli 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bola_voli/
Kosasih Engkos, Olahraga Teknik dan Program Latihan dan Akademik, Jakarta: Persindo.
PP.PBVSI. (1995). Jenis-jenis Permainan Bolavoli. Jakarta: PBVSI.
Purwanto, M. Ngalim, MP. (1997). Psikologis Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Revans, Reg. (1998). Action Learning. New York: Hart Publishing Co.
Rukman, Kamil. (1990). Minivoli. Jakarta: PBVSI.
Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga.Suherman. (2003). Pengembangan Pembelajaran.
Slameto. 1993. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudiarto. (1990). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjend Dikti.
Suharsimi Arikunto. (1993). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumantri M. Dan Syaodih, N (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syarifuddin Aip, Pengetahuan Olahraga, (1991). Jakarta: CV Baru
Tim Bina Kerja Guru. (2004). Pendidikan Jasmani untuk Sekolah Dasar Kelas 4. Jakarta: Erlangga.
Viera, Barbara L. (2000). Bolavoli. (Tingkat Pemula) diterjemahkan oleh Monti. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Contoh Penelitian Tindakan Kelas Penjaskes SMP

Contoh Penelitian Tindakan Kelas Penjaskes SMP 

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 

 Bagi Anda guru SMP yang mengampu matapelajaran Penjaskes dan hendak menyusun penelitian tindakan kelas (PTK), kali ini kami menyajikan 30 contoh PTK Penjaskes SMP yang akan berguna untuk dijadikan rujukan.
PTK untuk mapel Penjaskes memang dibilang agak unik karena lebih melibatkan unsur kinestetik dan dilakukan lebih banyak di luar ruang.

Sebelum download atau mengunduh, pastikan Anda mempunyai program pembuka berkas pdf atau pdf viewer. Kami yakin Anda pasti sudah mempunyainya.

Contoh PTK Penjaskes SMP  yang kami sajikan berasal dari sumber yang terbuka. Anda sebenarnya dapat mengunduhnya secara langsung dari sumbernya. Akan tetapi, Anda harus berhadapan dengan ratusan judul yang dalam satu halaman tercampur antara PTK Penjaskes SD, SMP, dan SMA. Dengan membaca halaman ini berarti kami telah membantu mengefisienkan waktu Anda dengan cara membuat segmentasi PTK berdasarkan jenjang pendidikan.
Berikut adalah 30 contoh PTK Penjaskes SMP untuk rujukan Anda. Silahkan disimak!

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PASSING BOLABASKET MENGGUNAKAN KARTU TUGAS PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN AJARAN 2012/2013 | DOWNLOAD
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA MELALUI PERMAINAN SOCCER BALL BOUNCE PADA SISWA KELAS V III SMP N 13 MAGELANG | DOWNLOAD 
MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI PERMAINAN BOLA BASKET RING LINGKARAN GANDA BAGI SISWA KELAS VII SMP N 1 TEGOWANU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 | DOWNLOAD
PENGEMBANGAN SEPAK BOLA MINI DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TEAM ON TEAM TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK BOLA BAGISISWA KELAS VIII SMP NEGERI 02 BOJA TAHUN AJARAN 2012/2013 | DOWNLOAD
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PELURU KAYU BERWARNA PADA SISWA KELAS VII SMP N 11 MAGELANG TAHUN 2013 | DOWNLOAD


UPAYA MENINGKATKAN MINAT, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STYLE DENGAN MEDIA BOLA GANTUNG BAGI SISWA KELAS VIII A SMP N 1 RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA TAHUN 2012/2013 | DOWNLOAD
PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN “TEMBAK KALENG” SEBAGAI ALTERNATIF VARIASI PERMAINAN BOLA KECIL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PATEBON KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 | DOWNLOAD
MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG BERGERAK DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 SEMARANG TAHUN 2012 / 2013 | DOWNLOAD
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MENGGUNAKAN METODE BERMAIN DI LINGKUNGAN PANTAI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WARUREJA KEBUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2012/2013 | DOWNLOAD
MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN TIGA RING DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 LEKSONO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2012 | DOWNLOAD

Penjas BAB III Atletik Lompat Jauh SD Kenaikan Pangkat

Penjas BAB III Atletik Lompat Jauh SD Kenaikan Pangkat 

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 

 

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten ..... SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... terletak ± 30 km sebelah barat Kota ..... Lokasi SD Negeri .... sangat strategis, karena terletak di jalan utama desa ..... SD Negeri .... terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk sehingga mudah dijangkau oleh para siswanya.
Sarana dan prasarananya sangat mendukung untuk dilakukan penelitian tindakan kelas. Halaman sekolah sangat luas, sehingga sangat mendukung pembelajaran penjasorkes. Perpustakaan telah menyediakan berbagai buku sumber sebagai pendukung dan sumber data penelitian. Sarana olahraga seperti peralatan olahraga, kit atletik, dan lain-lain tersedia cukup lengkap. Lapangan olahraga juga sangat memadai untuk pelaksanaan penelitian tentang lompat jauh gaya jongkok.
2.    Waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, yaitu mulai dari bulan Maret …. sampai dengan bulan Juni ….. Kegiatan penelitian ini meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Kegiatan persiapan meliputi observasi, identifikasi masalah, penentuan tindakan, Pengajuan judul, penyusunan proposal, dan Pengajuan ijin penelitian. Kegiatan pelaksanaan meliputi seminar proposal dan pengumpulan data penelitian. Penyusunan laporan meliputi penulisan laporan dan ujian skripsi. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel jadwal penelitian tindakan kelas materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan alat bantu bok kardus dan gawang aman di SD Negeri ....:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN (PENJASKES)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN (PENJASKES) 
 
Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional. Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (UU no 20 tahun 2003).
Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat penting didalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan moralitasnya, atau dengan perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu siswa, karena siswa merupakan titik pusat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar siswa, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh besarnya minat belajar siswa itu sendiri.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas diberlakukannya kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari- hari masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran problem based learning atau pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui metode problem based learning diharapkan dapat lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran di SMAN 1 Bantul masih termasuk tradisional karena kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil survei tersebut bahwa pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) kurang diminati oleh siswa. Dalam proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi.
Diharapkan dengan menggunakan metode problem based learning dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa.
B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi di SMAN 1 Bantul sebagai berikut:
  1. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes).
  2. Masih rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes).
  3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) masih didominasi dengan metode ceramah.
C.      Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada masalah hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) dan belum digunakannya metode problem based learning.
D.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
  1. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) pada permainan volley ball siswa kelas XI A dengan menggunakan metode problem based learning di SMAN 1 Bantul?
  2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) pada permainan volley ball yang terjadi pada siswa kelas XI A setelah pembelajaran dilaksanakan dengan metode problem based learning?
E.       Tujuan Penelitian
1.         Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) pada permainan volley ball siswa kelas XI A SMAN 1 Bantul melalui penerapan Problem based learning.
2.         Mendapatkan bukti-bukti bahwa penerapan Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes) pada permainan volley ball  siswa kelas XI A SMAN 1 Bantul.
F.       Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.  Manfaat Teoritis
         Bertambahnya khazanah keilmuan yang berkaitan dengan metode pembelajaran Problem based learning.
2.  Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1)   Mampu menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan     pembelajaran dan mampu mengatasi permasalahan tersebut.
2)   Mampu menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif dan meningkatkan kemandirian siswa.
b. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menumbuhkan minat belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa meningkat.