Rabu, 10 Agustus 2016

Pembelajaran Pendidikan Jasmani

 Pembelajaran Pendidikan Jasmani


JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini




Pendidikan jasmani atau yang lebih dikenal dengan Penjas (Dikjas) merupakan salah satu mata pelajaran formal, yang telah diberikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.
Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogik.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kekeliruan yang sering dijumpai adalah banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan jasmani hanya berisi dengan kegiatan olahraga. Di sekolahpun, mata pelajaran pendidikan jasmani dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya mengandalkan fisik. Bahkan, yang lebih parah, ada kecenderungan bahwa guru pendidikan jasmani hanya mengembangkan keterampilan fisik (psikomotorik), tanpa mengembangkan aspek yang lain.
Perlu adanya sebuah pemikiran baru mengenai konsep pendidikan jasmani di sekolah. Oleh karena itu, konsep serta prinsip dalam pembelajaran pendidikan jasmani atau dikjas akan dibahas dalam makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah “Konsep dan Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani”.
1.2 Rumusan Masalah
            Setelah latar belakang disusun, rumusan masalah dalam makalah ini juga telah dirumuskan, sebagai berikut:
  1. Bagaimana konsep pembelajaran Pendidikan Jasmani?
  2. Bagaimana prinsip pembelajaran Pendidikan Jasmani?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut?
  1. Untuk mengetahui konsep pembelajaran pendidikan jasmani.
  2. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran pendidikan jasmani.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk sosial, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Definisi pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Karenanya pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran (psikis) dan tubuh (fisik) yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani diharapkan mampu menciptakan tubuh yang baik bagi pikiran atau jiwa.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, yaitu jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif.
Materi mata pelajaran pendidikan jasmani yang meliputi pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri,  aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education). Materi-materi semacam ini disajikan untuk membantu peserta didik agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan yang pada gilirannya peserta didik diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani.
2.2 Konsep Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Terdapat beberapa teori tentang konsep pembelajaran pendidikan jasmani. Menurut Syarifudin (1997), mengungkapkan bahwa konsep pendidikan jasmani mencakup empat komponen, antara lain:
  1. Komponen Organik, merupakan gambaran aspek fisik dan psikomotor dan harus dicapai pada setiap proses pembelajaran, yang meliputi ; kapasitas fungsional dari organ-organ seperti daya tahan jantng dan otot.
  2. Komponen neuromuskuler, merupakan gambaran tentang aspek kemampuan unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan dan lain-lain.
  3. Komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan kognitif.
  4. Komponen emosional, merupakan gambaran yang dapat dipadanan dengan afektif.
Dari keempat konsep pendidikan jasmani yang telah disampaikan, kemudian dikenal dengan istilah learning by moving. Secara harfiah, istilah tersebut berarti belajar melalui gerak. Makna yang lebih luas adalah kita belajar melalui gerak dengan pendidikan jasmani. Bukan belajar untuk bergerak yang selama ini menjadi persepsi kebanyakan orang.
Kemudian, dari keempat konsep tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga konsep saja, yaitu:
  1. Mengembangkan aspek psikomotorik (keterampilan fisik);
  2. Mengembangkan aspek kognitif (keterampilan intelektual);
  3. Mengembangkan aspek afektif (keterampilan moral, emosional, sosial dan spiritual).
2.3 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani
Berdasarkan konsep learning by moving, pendidikan jasmani memiliki tujuan dan fungsi yang tentunya berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Adapaun tujuan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
  1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani
  2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama
  3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani
  4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani
  5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor education)
  6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
  7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain
  8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat
  9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
Selanjutnya adalah fungsi pendidikan jasmani, yang dapat dibedakan menjadi beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:
Aspek organik
  • menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan;
  • meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot;
  • meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama;
  • meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama;
  • meningkatkan fleksibelitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
Aspek neuromuskuler
  • meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot;
  • mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap atau mencongklang, bergulir, dan menarik;
  • mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok;
  • mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli;
  • mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan;
  • mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan lain sebagainya;
  • mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah, berenang dan lainnya.
Aspek perseptual
  • mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat;
  • mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya;
  • mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki;
  • mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis;
  • mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang;
  • mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri;
  • mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.
Aspek kognitif
  • mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan;
  • meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika;
  • mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi;
  • meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani;
  • menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya;
  • meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.
Aspek sosial
  • menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada;
  • mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok;
  • belajar berkomunikasi dengan orang lain;
  • mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok;
  • mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat;
  • mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat;
  • mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif;
  • belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif;
  • mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.
 Aspek emosional
  • mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani;
  • mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton;
  • melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat;
  • memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas;
  • menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
2.4 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Dikjas
2.4.1 Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menetapkan sikap dan minat yang benar di antara anggota kelas.
Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal tersebut dapat membuat murid tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran dengan metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu membawa murid untuk memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
Salah satu cara yang dapat membangkitkan minat dan perhatian murid saat guru pendidikan jasmani mulai mengajarkan pelajarannya adalah tentang info terbaru atau berita tekini yang tentu saja berhubungan langsung dengan kegiatan olahraga. Berita terkini yang sedang marak dibicarakan atau sedang menjadi perhatian dalam masyarakat dapat dipakai untuk mendapatkan minat murid. Guru pendidikan jasmani bisa mendapatkan berita-berita terkini melalui media-media tersebut. Misalnya berita olahraga tentang seleksi Timnas Indonesia U-23 di Jakarta.
2.4.2 Menutup Pelajaran
Penutupan kegiatan belajar mengajar harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru pendidikan jasmani perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Berikut adalah contoh menutup pelajaran:
  1. Merangkum Pelajaran
Sebagai penutup, hendaknya guru pendidikan jasmani memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut. Misalnya menyampaikan hasil belajar keterampilan teknik dasar pasing sepak bola.
  1. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya
Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru pendidikan jasmani dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka.
2.5 Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam menyampaikan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik. Keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru.
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai basil yang optimal.
Salah satu tujuan menjelaskan adalah membimbing peserta didik memahami konsep, hukum, prinsip atau prosedur. Adapun tujuan lain dari menjelaskan adalah sebagai berikut:
  1. membimbing peserta didik menjawab pertanyaan secara bernalar;
  2. melibatkan peserta didik untuk berpikir;
  3. mendapat balikan mengenai pemahaman peserta didik;
  4. membantu peserta didik menghayati beberapa proses penalaran.
2.5.1 Prinsip dan Komponen Menjelaskan
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan. Berikut beberapa prinsip menjelaskan:
  1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran.
  2. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
  3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncana-kan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
  4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
  5. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
Selain prinsip, terdapat juga komponen-komponen dalam menjelaskan. Berikut adalah penjelasan mengenai komponen tersebut:
Komponen merencanakan penjelasan yang mencakup:
  • isi pesan (tema) yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai contoh-contoh,
  • penerima pesan harus dipertimbangkan karakteristiknya.
Komponen menyajikan penjelasan yang mencakup:
  • kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti: bahasa yang jelas, berbicara dengan lancar, mendefinisikan istilah-istilah teknis, berhenti sejenak untuk melihat respon peserta didik;
  • penggunaan contoh dan ilustrasi yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif;
  • pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara atau mengemukakan tujuan;
  • peserta didik diberi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman ataupun keraguan ketika penjelasan berlangsung (balikan).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep pembelajaran pendidikan jasmani adalah learning by moving yang berarti belajar melalui gerak. Maksudnya dengan mempelajari pendidikan jasmani, diharapkan siswa belajar segala hal melalui gerakan yang diberikan di mata pelajaran pendidikan jasmani. Konsep learning by moving meliputi 3 aspek, yaitu aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran pendidikan jasmani, yang utama adalah mimiliki keterampilan membuka dan menutup pelajaran di kelas ataupun di lapangan. Selain itu, keterampilan menjelaskan juga mutlak dimiliki oleh seorang guru pendidikan jasmani agar kegiatan belajar mengajar berjalan lebih efektif.
3.2 Saran
            Kekeliruan yang sering terjadi di sekolah saat mata pelajaran pendidikan jasmani berlangsung adalah, kecenderungan guru menggunakan konsep learning for movingyang berarti belajar untuk bergerak. Siswa hanya diajarkan bagaimana belajar bergerak saat olahraga. Pemikiran seperti ini perlu dihilangkan karena tidak sesuai konsep pendidikan jasmani, yaitu learning by moving, belajar melalui gerak.

DAFTAR RUJUKAN
Clarence, H. Benson. 1980. Teknik Mengajar. Malang: Gandum Mas.
Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: CV Rajawali
Syarifudin. 1997. Pokok-pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Usman, Moh. Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar