PTK PENJASORKES TENTANG LOMPAT JAUH
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untukmeningkatkan kebugaran jasmani. Mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani adalah pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektip dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spritual. Salah satu masalah utama dalam Penjas di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjas di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran Penjas.
Fenomena itulah yang saat ini terjadi di MIS Nur Rahman Martapura yang mana kemampuan peserta didik dalam melakukan gerak dasar lompat sangat kurang.Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya kemampuan gerak dasar di kelas V MIS Nur Rahman Martapuratersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Siswa terlihat kurang memperhatikan saat pelajaran Penjas. (2) Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas. (3) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam menemukan metode pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan bermain, seperti dijelaskan oleh Djumaidir (2007: 11:31) “dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang seruis, didalam pembelajaran banyak disajikan variasi-variasi supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya”
Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar lompat dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan.Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak adalah dunia bermain.Siswa SD/MI yang masih tergolong anak-anak bentuk aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam bentuk permainan. Tanpa disadari mereka sering bermain dengan melakukan gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga.
Agar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai pedoman, maksud dan tujuan sebagaimana yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) maka pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang efektif adalah pengajaran yang reflektif yaitu menggunakan pendekatan modern sebagai pengganti pengajaran tradisional. Oleh sebab itu ada pendekatan, maupun variasi modifikasi dalam pembelajaran. Salah satu pokok bahasan dalam pendidikan jasmani sekolah dasar adalah gerak dasar lompat, karena setiap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pasti banyak menggunakan gerakan melompat. Modifikasi pembelajaran melompat sangat penting karena banyak siswa yang malas melaksanakan kegiatan tersebut pada saat pembelajaran. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Oleh karena itulah penulis melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Melalui Pendekatan Bermain Terhadap Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa MIS Nur Rahman Martapura.
Identifikasi Masalah
Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka peserta didik perlu mempelajari dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:
a) Peserta didik terlihat lambat dalam penguasaan pembelajaran penjas terutama penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok.
b) Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas.
c) Metodepembelajaran atletik khususnya lompat jauh gaya jongkok yang menggunakan metode lama atau tradisional sehingga anak kurang tertarik mengikuti pembelajaran.
d) Kurangnya pemahaman peserta didik tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.
e) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas.
f) Latar belakang pendidikan guru yang mengajar penjas yang bukan guru penjas
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka penelti membatasi masalah Agar substansi penelitian ini tidak melebar. Adapun batasan masalah pada penelitian ini hanya menitik beratkan pada penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan bermain sebagai suatu suplemen peningkatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok di MIS Nur Rahman Martapura.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sejauh manaefektivitas pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan bermain pada pendidikan jasmani di MIS Nur Rahman Martapura.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan bermain di MIS Nur Rahman Martapura.
F. Hasil Guna Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta Didik
a. Meningkatkan keterampilan lompat jauh gaya jongkok.
b. Perbaikan masalah yang ditemukan pada proses lompat jauh gaya jongkok.
c. Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan lompat jauh gaya jongkok.
d. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, kesenangan dalam diri peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas.
e. Hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Sekolah
a. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
b. Menumbuh-kembangkan budaya ilmiah di lingkungan sekolah, untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
c. Memberikan nilai tambah (value added) yang positif bagi sekolah
d. Menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan sekolah yang sudah berjalan.
3. Guru
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai lompat jauh gaya jongkok
b. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
c. Memberikan sikap professionalisme dan karir pendidik
d. Menghasilkan laporan-laporan penelitian tindakan kelas yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran
e. Tercapainya ketuntasan belajar siswa
f. Mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah
g. Memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran
h. Peningkatan atau perbaikan kualitas keterampilan guru dalam penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
i. Pembiasaan guru dalam memecahkan masalah dan pembelajaran berbasis hasil temuan penelitian secara empiris
BAB II PTK LOMPAT JAUH
BAB IIKERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektifitas Pembelajaran
Jika dilihat dari istilah tersebut, maka terdapat dua suku kata yang berbeda, yakni efektivitas dan pembelajaran.Makna dari efektivitas itu sendiri adalah ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.Sedangkan Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar.Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan.Hubungan guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik.
Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan proses internal siswa. Pada belajar dan perkembangan, siswa sendiri yang mengalami, melakukan, dan menghayatinya. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran, dimana proses interaksi terjadi antara guru dengan siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental, sehingga menjadi mandiri dan utuh, disamping itu pula proses belajar tersebut terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Dalam Proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi suku rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, penguatan, evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.
Dari kegiatan interaksi belajar-mengajar tersebut, guru membelajarkan siswa dengan harapan bahwa siswa belajar.Maka, ranah-ranah tersebut semakin berfungsi.Sebagai ilustrasi, pada ranah kognitif siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, menganalisis, sintesis dan mengevaluasi.Pada ranah afektif siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi dan membentuk pola hidup.Sedangkan pada ranah psikomotorik siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-gerak baru.
pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi si belajar sedemikian rupa, sehingga akan mempermudah ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan oleh si belajar dapat dipermudah/ difasilitasi.Maka pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat memfasilitasi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui penyajian informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar