PTK Kenaikan Pangkat Penjaskes BAB 2 Kelas 5
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,
kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha
menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun
rohaniahnya. Usaha tersebut dilakukan secara sengaja dari orang dewasa
untuk meningkatkan kedewasaan anak dan mampu memikul tanggung jawab
moril dari segala perbuatannya. (Soegardo dan Harahap. 1981:257).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa, pendidikan adalah
usaha secara sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
Menurut Raka Joni (1981: 14) hakikat pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan subyek didik dengan kewibawaan pendidik.
b. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
2. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran
jasmani dan kesehatan peserta didik di sekolah. Menurut Abdul Gafur
(dalam Arma Abdullah dan Agus Manadji. 1994: 5) pendidikan jasmani
adalah suatu proses pendidikan seseorang yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui kegiatan jasmani dan intensif dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan
kecerdasan dan pembentukan watak, jadi hakikat dari pendidikan Jasmani
adalah satu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar melalui
kegiatan jasmani dan intensif.
Menurut Nixon dan Jewett (1980: 27), pendidikan jasmani adalah satu
tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan
dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang
dilakukan atas kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau
respon yang terkait langsung dengan mental, emosi, dan sosial.
Menurut Frost (1975: 33), pendidikan jasmani terdiri dari perubahan dan
penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari
gerak, yaitu merangkak, berjalan, berlari, memanjat, melompat, melempar,
dan gerakan lain yang dilakukan bila berpartisipasi dalam permainan,
senam, tari, renang, serta berenang dan berlari.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang
dilakukan secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, pengetahuan, perilaku hidup sehat dan kecerdasan
emosi. Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani yang aktif dan afektif
dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, yaitu
jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.
3. Pengertian Lompat dan Loncat
Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik
lain dengan tumpuan satu kaki dan mendarat dengan kaki. Loncat adalah
suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain
dengan tumpuan dua kaki dan mendarat dengan kaki.
(http://binoracom.wordpress.com/2011/08/21/lompat-dan-loncat/).
Gambar 1 Melompat dengan Tumpuan Satu Kaki
Gambar 2 Meloncat dengan Tumpuan Dua Kaki
Gerak dasar lompat dan loncat merupakan bagian dari gerak lokomotor,
yaitu gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain.
Macam-macam gerak lokomotor yaitu lari, lompat, loncat, leaping,
jingkat, menderap, sliding, skipping, rolling, dan memanjat. Melompat
dan meloncat adalah gerakan memindahkan tubuh dengan menggunakan dua
atau satu kaki tumpu dari satu ketinggian dan mendarat tidak harus
dengan menggunakan kaki.
(http://ramliunmul.blogspot.com/2009/10/konsep-dasar-gerak.html?zx=8daff32c8ac6b69b).
Tujuan utama dari pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat bukan untuk
meningkatkan prestasi para siswa, tetapi lebih ditekankan pada upaya
untuk memperkaya gerak dasar lompat dan loncat. Siswa diharapkan lebih
terampil, efektif dalam menggunakan atau memfungsikan anggota badannya.
Karakteristik gerak dan struktur gerak lompat dan loncat dalam atletik
berdasarkan buku Pedoman Lomba Atletik Seri Lompat dan loncat (PEPASI,
1996) adalah sebagai berikut:
a. Dengan tumpuan dua kaki
b. Loncat ke depan
c. Loncat ke belakang
d. Loncat ke samping kiri atau ke kanan
e. Loncat ke atas
f. Loncat berputar
g. Melompat dengan tumpuan satu kaki
h. Lompat ke depan, ke belakang, ke samping, ke bawah, ke atas, dan lompat berputar
i. Sendirian, berpasangan, atau berkelompok
j. Bersama anak-anak lain atau melawan anak-anak lain
k. Melewati rintangan menggunakan lapangan rumput, matras, atau bak pasir
l. Di hutan, di kebun atau di jalan, dan lain-lain.
4. Bermain
Teori Relaksi dari Patrick (dalam Soetoto pontjopoetro. 2002: 1.7) teori
ini mengemukakan bahwa, “Permainan adalah menyenangkan dan dilakukan
karena ingin bermain. Karena bermain adalah cara untuk melepaskan diri
dari segala kehidupan dan segala macam paksaan”. Teori kelebihan tenaga
dari Herbert Spencer (dalam Soetoto pontjopoetro, 2002: 1.7) teori ini
mengatakan bahwa, “Tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu
menuntut jalan keluar dan pada disalurkan dalam permainan”.
Ahli-ahli pendidikan seperti Gutsmuths, Montessori da Frobel (dalam
Soetoto pontjopoetro, 2002: 1.10) menganjurkan supaya permainan itu
menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani
dan rohani. Anak-anak bermain dalam suasana jiwa bebas, lepas dari
segala rintangan dan tekanan, serta mencerminkan jiwa mereka kepada
kita, sehingga mudah bagi kita untuk mengetahui tabiat anak. Maka tepat
sekali jika para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak yang sedang
bermain adalah sebagai buku yang sedang terbuka yang mudah terbaca.
Berdasarkan beberapa teori permainan di atas, maka dapat kita ambil
suatu definisi bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang menarik,
menantang dan menimbulkan kesenangan, karena dengan adanya rasa senang
memudahkan dalam mengajar dan mengarahkan anak untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Fungsi permainan dalam pendidikan sangat mendukung keberhasilan
pendidikan. Anak-anak suka bermain dan permainan itu dilakukan dengan
gembira. Oleh karena itu segala sesuatu yang diajarkan waktu itu dapat
ditangkapnya dengan mudah. Maka, sebaiknya semua pembelajaran kepada
anak-anak diberikan dalam suasana gembira atau sambil bermain.
Dalam permainan seorang anak belajar memberi dan menerima, belajar
mengukur kekuatan atau kecepatan sendiri dengan orang lain, belajar
bergaul dengan orang lain, belajar jujur dan sportifitas, belajar
bekerjasama sehingga akan timbul rasa persatuan.
Pembelajaran atletik yang hanya berorientasi kepada hasil tanpa
memperhatikan variasi dalam proses pengembangannya dapat menjebak siswa
dalam kebosanan dan kejenuhan. Bermain dalam hal ini sebagai pendekatan
ke teknik yang akan dilaksanakan dan jenis permainannya disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan. Misalnya, dalam materi lompat dan
loncat, contohnya adalah memindahkan benda ke tempat lain, melompat dan
meloncat dengan melewati rintangan dan sebagainnya. Dengan bermain
diharapkan siswa menjadi termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran atletik.
5. Media Bantu
Media pembelajaran diartikan sebagai bentuk yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk
media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih
konkrit. (Basyirudin Usman. 2002: 12).
Media bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang
pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan pendidikan/pengajaran.
Dalam praktiknya alat bantu lebih sering disebut sebagai peraga karena
berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan atau pengajaran.
Media menurut Arsyad (2002) adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan atau alat.
Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada siswa yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu hal.
Media berperan sebagai alat bantu belajar yang bisa digunakan sendiri
oleh siswa atas bimbingan guru, dalam pembelajaran media digunakan untuk
menggantikan sebagian dari fungsi guru dalam memberikan atau
menyampaikan pelajaran.
Alat bantu pendidikan ini disusun menggunakan patokan atau berdasarkan
pada prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau
ditangkap melalui panca indera. Oleh sebab itu, semakin banyak panca
indera yang digunakan untuk menerima sesuatu materi yang diajarkan maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang
diperoleh oleh sasaran pendidikan. Dengan perkataan lain alat bantu ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu
obyek, sehingga mempermudah persepsi dari siswa.
Target sasaran pendidikan di dalam proses pendidikan dapat memperoleh
pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu
pendidikan. Akan tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang
berbeda-beda di dalam membantu persepsi atau pemahaman seseorang.
Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Susilana (2009: 9) adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Alat bantu dikatakan baik apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk
merubah pengetahuan, pengertian, pendapat, dan konsep-konsep, mengubah
sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang
baru, selain itu, alat bantu harus efisien dan efektif dalam
penggunaannya yaitu memberikan hasil guna yang ditinjau dari segi pesan
dan kepentingannya, serta alat bantu harus komunikatif, yaitu bahwa
media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga siswa mudah
menerima pelajaran dari guru.
Pemilihan media bantu yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran
sangat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.
Media bantu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran gerak dasar
lompat dan loncat penelitian tindakan kelas ini berupa ban bekas dan
bilah bambu. Pembelajaran menggunakan media bantu ban bekas dan bilah
bambu membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan
menantang bagi siswa bila dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
media bantu.
Gambar 3 Melompat dan Meloncat dengan Media Ban Bekas
Gambar 4 Melompat dan Meloncat dengan Media Bilah Bambu
B. Kerangka berpikir
Penelitian ini menggunakan pendekatan bermain dan media bantu
pembelajaran. Pendekatan bermain dan media bantu diharapkan dapat
mengoptimalkan pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih
mudah tercapai.
Penelitian ini memfokuskan pada upaya peningkatan penguasaan gerak dasar
lompat dan loncat dengan pendekatan permainan, terhadap sikap siswa
dalam mengikuti pembelajaran, dalam ini minat, kegembiraan dan keaktifan
siswa serta untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar
pada gerak dasar lompat dan loncat.
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar